Langkah Membangun Data Driven Culture
Data hanyalah sebuah kumpulan informasi yang tidak memberikan dampak apapun apabila tidak diutilisasi. Analoginya seperti misalnya kita tahu berapa berat badan kita dan berapa berat badan yang ideal atau seharusnya. Kita juga tahu untuk dapat mencapai berat yang ideal tersebut, kita membutuhkan usaha untuk mencapainya. Dalam konteks data, mengetahui dan memiliki data saja tidaklah memberikan dampak apapun. Untuk dapat menghasilkan perubahan harus diikuti dengan langkah praktis dan ekosistem yang mendukung perubahan tersebut. Jika kembali pada analogi berat badan tadi maka kita tahu untuk mencapai berat yang ideal dibutuhkan usaha seperti misalnya olahraga rutin, diet, menjaga pola makan yang sehat dan adanya moral support serta faktor lainnya. Begitu juga dengan data, agar eksistensi data dapat optimal memberikan dampak pada perusahaan atau organisasi, ia membutuhkan ekosistem yang mendukung atau disebut Data Culture. Secara umum data culture memiliki ciri sebagai berikut :
- Lingkungan yang mampu memahami sebuah nilai dari data
- Mendorong berbagai pembuatan keputusan dengan berbasis pada data
- Mengutamakan penggunaan data dalam aktivitas sehari-hari
Berdasarkan research yang dibuat oleh Deliotte (2020), perusahaan yang memiliki data culture yang kuat memiliki competitive advantages yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak, yaitu:
- 6 kali lebih baik secara keterlibatan anggota
- 12 kali lebih baik dalam efektivitas pekerjaan
- 5 kali lebih hemat secara biaya
- 11 kali lebih tinggi dalam meningkatkan produktivitas
- 96% lebih tinggi secara pendapatan
Tulisan ini akan secara spesifik membahas bagaimana cara membangun data culture. Tentu saja untuk membangun data culture dibutuhkan perencanaan dan usaha yang berkelanjutan.
Berikut ini adalah 4 kunci Action dalam membangun data culture
1. Mempeluas keterampilan data
Tidak sedikit organisasi yang gagal membangun data culture salah satunya disebabkan karena memiliki sumber daya manusia yang sedikit yang cakap menggunakan data. Pada organisasi yang memiliki data culture yang kuat, keterampilan mengolah data tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang, tetapi terdistribusi luas ke seluruh bagian di dalam organisasi tersebut. Bukan berarti semua resources harus menjadi data scientist atau data analyst, tetapi juga tidak ada salahnya jika memiliki banyak resources dengan kemampuan dalam mengalisis data, misalnya :
- familiar dengan berbagai konsep statistik dasar seperti mean, median, distribution dll
- familiar dengan tipe-tipe riset bagaimana data dikumpulkan, seperti misalnya metode kualitatif dan kuantitatif
- mampu membaca grafik dan report data
- mampu menggali informasi penting dari data
- mampu memvisualisasikan data dengan menggunakan visual yang tepat
- mampu mengomunikasikan hasil temuan dengan bahasa yang mudah dipahami (data storytelling)
Terdapat banyak cara untuk melatih SDM agar memiliki keterampilan data. Bisa melalui training, ataupun cara lainnya. Namun, yang terpenting adalah memasikan kegiatan yang dilakukan tetap relevant dengan pekerjaan dan dapat dilakukan secara regular, hal ini untuk memastikan jika keterampilan data terikat dengan pekerjaan. Selain itu, make it fun! Temukan cara kreatif agar orang menyukai data
2. Menunjukan komitmen
Komitmen yang dimaksud dimulai dari tingkatan leaders. Hal ini karena apabila leader tidak melihat data culture sebagai prioritas maka dapat dipastikan tingkatan di bawahnya juga akan melakukan hal yang sama.
“workers tend to follow their leaders”
Sebaliknya, apabila dorongan dan komitmen yang tinggi datang dari para leaders tentu hal ini akan menjadi kekuatan yang besar dalam mengakselerasi terbangunnya data culture. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang leader dalam mendukung terbentuknya data culture antara lain:
- Mengetahui dan menyampaikan data-data seperti apa yang dibutuhkannya dalam pengambilan keputusan
- Berbagi cerita mengenai success stories bagaimana data berpengaruh pada decisionnya. Hal ini dilakukan untuk membangun antusiasme di sekitarnya
- Mengomunikasikan dampak perubahan positif yang terjadi secara massif melalui berbagai channel media yang dimiliki, misalnya Town halls, penghargaan, artikel ataupun social media
- Memastikan data dapat diakses dengan mudah dan dapat dipahami oleh stakeholders. Misalnya dengan membuat dashboard atau tools lain yang dapat memudahkan user dalam menarik, mengolah dan memvisualisasikan data
3, Menemukan pola keberhasilan
“Cara terbaik tidak sama dengan cara paling tepat”
Untuk mencapai tujuan akhir tentu dibutuhkan proses experimental dengan berbagai metode dan percobaan. Misalnya bereksperimen dengan berbagai alat analisis atau metode. Pada akhirnya dengan berbagai percobaan tersebut Anda akan menemukan metode yang paling tepat untuk diterapkan di perusahaan atau organisasi Anda sesuai kebutuhan dan culture uniknya. Untuk menggali metode yang paling tepat beberapa hal yang Anda bisa lakukan antara lain:
- Menggali user perspective
- Melakukan test
- Belajar dari kesalahan
4. Melengkapi data dengan human perspective
Dalam banyak kasus seringkali kita tidak bisa membuat justifikasi hanya berdasarkan pada data. Misalnya saat menggunakan Google Maps, tanpa perspektif dan akumulasi knowledge dari pengguna, tidak jarang jalur yang direkomendasikan justru menyesatkan penggunanya. Itu adalah contoh bagaimana data tidak dapat berdiri sendiri.
Data adalah alat yang powerful untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi data juga perlu dilengkapi dengan perspektif lain agar semakin komprehensif dan impactful, yaitu dengan intusi yang terbentuk dari pengalaman, konteks dan strategi.
Sebagai salah upaya untuk mendukung perusahaan atau organisasi bapak/ibu dalam membangun data culture, kami menyediakan jasa pembuatan dashboard business intelligence, pelatihan data analisis dan visualisasi dan konsultan. Hubungi kami untuk mendapatkan informasi dan penawaran terbaik!